Pernah dengar tentang skenario cinta yang dipertemukan oleh buku?
Bertemu disatu waktu ditempat yang sama, dengan seseorang yang sedang memegang sampul buku yang sama. Begitu Mengangkat wajah dari bacaan, saling bertukar senyum basa basi, dan ekspresi terkejut yang sama tercetak di wajah begitu menyadari kesamaan sampul buku yang kalian baca. Mengagumi satu sama lain, tersipu dan kemudian jatuh cinta.
Love Between the covers, begitu mereka menyebutnya.
Mendapati orang lain yang memiliki judul buku favorit yang sama, rasanya memang seperti menemukan belahan jiwa. Karena kalian punya bacaan yang sama, maka kalian akan memiliki pemahaman yang sama pula. Pemikiran ini muncul dengan sendirinya dan perasaan senang yang mengikuti setelahnya adalah, ketika memikirkan ada orang lain yang bisa paham tanpa perlu penjelasan rumit atau ketika berbagi pembicaraan remeh dan aneh yang hanya dapat dimengerti oleh kalian berdua.
Saya pikir, saya juga akan berakhir dengan kisah yang seperti itu.
Mau bagaimana lagi, saya adalah pecinta buku dan hanya Itu yang bisa saya pikirkan tentang skenario romantis.
Namun kenyataannya, tiap orang memiliki caranya sendiri untuk merasakan cinta. Dan bagiku adalah satu hari di masa SMA. Tentang lelaki yang sudah menarik perhatianku bahkan sejak pertemuan pertama. Sosok disudut lain ruang kelas, dengan gitar di pangkuan, petikan gitarnya yang bergema, juga gumaman lirihnya. Yang mampu membawaku kembali ke dunia nyata, membuatku mengangkat wajah meninggalkan bacaanku, demi memperhatikannya lebih seksama.
Saya yang nyaman dengan keberadaannya di sudut lain ruangan, juga fakta bahwa membaca buku diiringi oleh petikan gitarnya yang bahkan membuatku tidak menyadari bahwa ruangan kelas sudah kosong dan bel pulang sudah berdering sejak tadi, adalah yang menerbitkan kagum-ku.
Jadi, apa itu romantis?
Romantis versiku bukan lagi tentang toko buku atau ruang baca. Tapi ruang kosong dengan meja penuh coretan dan kursi yang berantakan.
Juga bukan buku dengan judul yang sama atau senyum malu-malu dibalik sampul, melainkan lelaki dengan ekspresi serius bersama petikan gitarnya yang menggantung diudara dan bacaan yang dibiarkan terbuka.
Sederhana.
Dan jatuh cinta?
Adalah tentang dia yang tidak pergi dari ingatan sejak hari itu.
*Tulisan terbaik selalu hadir disaat aneh seperti ini, saat mata mulai sayu, cacing di perut berkeriuk minta makan dan inspirasi berloncatan di kepala menuntut ingin segera dituliskan. Dan akhirnya saya menulis di momen kebingungan antara pilihan untuk segera mengisi perut atau memejamkan mata.
-Minggu, 16 oktober 2016.
22:25 WITA
Kamis, 03 November 2016
Jumat, 17 Juni 2016
#NP: The Rain-gagal bersembunyi
Menyibukkan diri, setiap hari bertemu
dengan orang-orang baru, berharap lupa. Tapi semakin banyak orang yang saya
temui, semakin sering saya membandingkan mereka denganmu.. apa yang salah?
Semakin sempit waktu untuk diriku sendiri,
semakin rindu ini menggigitku hingga mengigil.. apa yang salah?
rasa suka-ku terhadapmu tidak mau pergi. Dia ingin
tinggal. Mengambil semua tempat. Tidak menyisakan sedikit pun ruang bagi rasa
suka bahkan untuk diriku sendiri.
Bukankah ini mengerikan? Bayanganmu menjadi
gigantis dalam hatiku yang hanya sebesar dua kepalan tangan.
Bukankah ini menakutkan? Lihat seberapa
jauhnya saya masuk kedalam pusaranmu, hingga tak mampu menyelamatkan diri.
Barangkali benar ada yang keliru.
Pasti ada sesuatu yang salah denganku..
denganmu?
Atau.. barangkali aku Cuma rindu.
-malam
kamis, merasa rindu tanpa petunjuk, tanpa isyarat. Melarikan jari-jariku di
keyboard laptop ber-sticker katak, berharap rindu memudar. Atau setidaknya
sesuatu yang terasa bersesakkan di rongga dada bisa luruh bersama kursor yang
berkedap-kedip.
Selasa, 29 September 2015
Puding enak bikin lupa diriii
Pudingnya uenak!! Coklatnya meleleh dalam mulut.
Pengetahuan bahwa terlalu banyak makan manis bisa merusak kolagen kulit menjadi satu2nya alarm yg menyadarkan saya untuk segera berhenti menancapkan sendok di puding coklat ini 😂
Pengetahuan bahwa terlalu banyak makan manis bisa merusak kolagen kulit menjadi satu2nya alarm yg menyadarkan saya untuk segera berhenti menancapkan sendok di puding coklat ini 😂
Rabu, 16 September 2015
That Abnormal Feelings
Masih jelas bagaimana rasanya.
Senyum-senyum sendiri tanpa mau disebut gila. Merasa semua tempat yang saya pijak adalah taman yang bunganya sedang bermekaran. Merasa semua orang yang ku temui di jalan sedang mengarahkan senyum terbaiknya kepadaku.
Bahkan terantuk pintu kamar dipagi hari segera setelah saya bangun tidur sensasinya terasa sama dengan mendapatkan buku baru.
Masih ada senyum yang menempel di wajahku.
Normalnya, saya akan merasa jengkel. Atau kalau memang sedang berada dalam siklusku, tidak jarang saya akan langsung mengumpat.
Dan sebenarnya apa yang membuat saya terlihat 'agak beda' di hari itu?.
Sebuah komentar.
Di jejaring sosial.
Abnormal? Ya sayangnya saya juga merasa seperti itu, tapi memilih untuk menghiraukannya.
Komentar itu, Jangan tanya dari siapa.. karna saya tidak akan jawab. karna saya sedang tidak normal, ingat?
Uh.. saya benar-benar merasa abnormal.
Senyum-senyum sendiri tanpa mau disebut gila. Merasa semua tempat yang saya pijak adalah taman yang bunganya sedang bermekaran. Merasa semua orang yang ku temui di jalan sedang mengarahkan senyum terbaiknya kepadaku.
Bahkan terantuk pintu kamar dipagi hari segera setelah saya bangun tidur sensasinya terasa sama dengan mendapatkan buku baru.
Masih ada senyum yang menempel di wajahku.
Normalnya, saya akan merasa jengkel. Atau kalau memang sedang berada dalam siklusku, tidak jarang saya akan langsung mengumpat.
Dan sebenarnya apa yang membuat saya terlihat 'agak beda' di hari itu?.
Sebuah komentar.
Di jejaring sosial.
Abnormal? Ya sayangnya saya juga merasa seperti itu, tapi memilih untuk menghiraukannya.
Komentar itu, Jangan tanya dari siapa.. karna saya tidak akan jawab. karna saya sedang tidak normal, ingat?
Uh.. saya benar-benar merasa abnormal.
Selasa, 25 Agustus 2015
Miss him. Ignore the masochist part.
Sudah berapa kali saya menulis tentang rindu?
Berkali-kali.
Ya, saya tau.
Karena meski berkali dituliskan, rasa rinduku tidak pernah tersampaikan.
Salahkan saja ego-ku yang terlalu besar.
Saya tidak pernah berpikir, rindu akan cocok berada ditempat yang sama dengan kecewa.
mungkin karena Kecewanya terlalu mencekik.
Mungkin karena kecewanya membuat saya ingin melarikan diri.
Atau mungkin saya hanya tidak ingin menjadi masokis dengan bertahan untuk kecewa yang lebih besar.
Belum. Saya belum siap untuk gelar itu.
High expectation=high disappointment.
Ya, itu benar.
Saya berekspektasi terlalu tinggi, tapi lupa ekspektasi yang terlalu tinggi juga akan mendatangkan kekecewaan yang tinggi. Bahkan lebih tinggi, lebih besar dari yang saya mampu atasi.
Tapi biar begitu, saya masih tetap memendam rindu.
Sampai saya berpikir, apa masih ada cukup kewarasan yang saya punya saat ini untuk bersikap layaknya manusia normal?
Kombinasi antara harapan yang terlalu besar ditambah kekecewaan yang sama besarnya, normalnya tidak akan menghasilkan rindu.
Pengecualian untuk saya.
Karena dengan begitu, saya tau dia masih berpengaruh terhadap saya.
Dan saya masih tetap menyimpan rindu untuk dia.
Berkali-kali.
Ya, saya tau.
Karena meski berkali dituliskan, rasa rinduku tidak pernah tersampaikan.
Salahkan saja ego-ku yang terlalu besar.
Saya tidak pernah berpikir, rindu akan cocok berada ditempat yang sama dengan kecewa.
mungkin karena Kecewanya terlalu mencekik.
Mungkin karena kecewanya membuat saya ingin melarikan diri.
Atau mungkin saya hanya tidak ingin menjadi masokis dengan bertahan untuk kecewa yang lebih besar.
Belum. Saya belum siap untuk gelar itu.
High expectation=high disappointment.
Ya, itu benar.
Saya berekspektasi terlalu tinggi, tapi lupa ekspektasi yang terlalu tinggi juga akan mendatangkan kekecewaan yang tinggi. Bahkan lebih tinggi, lebih besar dari yang saya mampu atasi.
Tapi biar begitu, saya masih tetap memendam rindu.
Sampai saya berpikir, apa masih ada cukup kewarasan yang saya punya saat ini untuk bersikap layaknya manusia normal?
Kombinasi antara harapan yang terlalu besar ditambah kekecewaan yang sama besarnya, normalnya tidak akan menghasilkan rindu.
Pengecualian untuk saya.
Karena dengan begitu, saya tau dia masih berpengaruh terhadap saya.
Dan saya masih tetap menyimpan rindu untuk dia.
Don't cross the line
Saya tau pasti siapa yang saya inginkan. Makanya, percuma saja yang lain datang. Karena jika itu bukan dia, satu saja langkah maju, maka saya akan mundur lima langkah.
So, don't cross the line.
So, don't cross the line.
Jumat, 21 Agustus 2015
My Absurd Birthday morning :D
05.30 am
I hate Agustus! terlebih 21 agustus-nya.
Entah karena udara kering-nya, musim panasnya yang menggila, atau untuk alasan yang lebih sederhana seperti kejutan joget-joget absurd keluargaku pagi tadi. Saya sedang duduk di pinggir tempat tidur, masih berusaha mengumpulkan kewarasanku sampai tiba-tiba pintu kamarku menjeblak terbuka. Mamahku beserta pasukannya, ada Indra dan Ayah joget-joget hula-hula apalah itu namanya sambil nyanyi lagu Happy Birthday. misi mengumpulkan kewarasan langsung gagal total. saya kembali gila.
Yes, i'ts my birthday. 21 Agustus memang hari ulang tahunku, tapi saya tidak pernah merasa hari ini istimewa. ulang tahun bukan apa-apa melainkan saya yang di paksa untuk menua.
Saya juga tidak suka kejutan, Terlebih untuk kejutan aneh tadi pagi.
Sebenarnya, menari hula-hula sambil nyanyi happy birthday di pagi hari adalah ritual kita sekeluarga tiap ada yang ulang tahun di rumah. Ritual ini juga ada 4 hari yang lalu, waktu adekku Indra ulang tahun ke 13 tepat 17 agustus lalu. Dan saya jadi salah satu personil tarian hula-hula happy birthday paling heboh. waktu itu, raut wajah indra campuran antara jijik dan malu.. sekarang saya tahu persis bagaimana perasaannya.
euh, anyway... saya memang benci hari ini, saya juga benci kejutan..
Tapi tidak menolak Hadiah-nya, do'a-nya, senyum-senyum yang di bagi hanya untuk saya, juga perlakuan khusus sepanjang hari ini.
dalam setiap keburukan, kita masih bisa mendapatkan kebahagiaan kan? so, happy birthday to me :)
Langganan:
Postingan (Atom)