CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 29 Oktober 2014

Mengeja "R-I-N-D-U"

Hujan.
Hujan mengguyur kota ku sore ini,
Sudah berminggu-minggu lamanya  ia tidak turun.
Dan sore ini derasnya mengentaskan kerinduan tumbuhan akan air.

Rindu.
Untuk hujan yang sudah lama menyembunyikan rinainya
Untuk hal-hal yang mengingatkanku pada satu nama
Untuk kata-kata yang selalu kunanti pada setiap statusmu di media sosial
Untuk kabar  yang masih samar
Untuk kau, satu orang yang masih menjadi tokoh utama dalam setiap tulisan-tulisan melankolisku.

Detik.. tik.. tik..
Tik.. sudah hampir tiga tahun aku begini.. tik.. tik..
Menghitung setiap detik yang terlewati sambil mengira satu detik mungkin akan terlewat tanpa kehadiranmu di otakku. Tik.
Tik.. Hanya untuk kemudian disadarkan bahwa usaha itu hanya akan merekatkanmu semakin kuat di benakku.

Hingga saat ini.
Saat aku akan segera menanggalkan jas almamaterku.
Kau masih disini.
Melekat erat, seperti baru saja direkatkan dengan lem super kuat, tepat di sistem limbikku.

Sekarang pukul 19.32 di tempatmu.
Aku tak tahu persis apa yang sedang kau lakukan.
Masih tidak ada kabar yang kutemukan tentangmu.
Mungkin saja kau sedang memainkan gitar kesayanganmu.
Atau sedang membaca buku-bukumu yang rumit itu.
Entahlah. Aku terlunta tanpa sarana.
Aku rindu.