CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 23 Desember 2014

Remember 23th, December 2009

Ada satu cerita yang tercipta Tepat 5 tahun yang lalu.
Ketika seragam putih abu-abu masih menjadi identitas.
Ketika tawa dan senyum sumringah menjadi bagian yang tak pernah terlewatkan di setiap kesempatan.

Ada satu cerita tentang aku, kamu dan hari itu yang masih membekas di ingatan.
Ketika satu lirikan yang kemudian diikuti oleh lirikan-lirikan lainnya berubah menjadi suatu keharusan.
Ketika satu senyum malu-malu menjadi hal yang tak terhindarkan.
Ketika satu momen bersamamu menjadi hal yang mewah.
Ketika jarak dua meter bisa terasa begitu mendebarkan.

Ada satu cerita tentang hari itu dan perjalanan yang melibatkan kita.
Ketika entah bagaimana aku harus menyebutkan satu hal di luar rencana berubah menjadi satu anugerah.
Takdir kah?
Ketika satu hal sederhana bisa menjadi begitu menggembirakan.
Adakah campur tangan Tuhan di dalamnya?
Ketika dengan begitu saja semua lirikkan, senyum malu-malu dan jarak dua meter yang menerbitkan degup gugup itu terbayarkan. lunas.

Di satu hari itu.
Ada perasaan membuncah hingga sesak.
Ada ribuan kupu-kupu yang menggelitiki isi perutku.
Ada pertanyaan-pertanyaan dari mereka yang tak mampu ku jawab.
Menyisakan satu tingkah canggung dan perasaan enggan untuk menyudahi hari itu.
sebelum esoknya kita kembali menjadi dua orang asing dengan jarak dua meter.

Di tanggal yang sama, 5 tahun silam.
Ada satu lagu yang berputar otomatis di kepala ketika mengenang ini selama 5 tahun.
Yang selalu mengiringi setiap momen sepanjang hari itu pada 5 tahun silam.

#Now play: i’m yours-jason mraz..

Seperti tahun-tahun sebelumnya
Ada alarm otomatis di otakku yang selalu mengingatkan pada momen ini,, di setiap tahunnya. 
Dan ini adalah tahun kelima..
Selalu mengingat orang yang sama, momen yang sama, rindu yang sama dan ending menggantung yang sama..


Normalkah?







Kamis, 06 November 2014

Selagi kau lelap

“Sekarang pukul 01.30 pagi di tempatmu.

Kulit wajahmu pasti sedang terlipat di antara kesutan sarung bantal. Rambutmu yang tebal menumpuk di sisi kanan, karena engkau tidur terlungkup dengan muka menghadap ke sisi kiri. Tanganmu selalu tampak menggapai, apakah itu yang selalu kau cari di bawah bantal?

Aku selalu ingin mencuri waktumu. Menyita perhatianmu. Semata-mata supaya aku bisa terpilin masuk ke dalam lipatan seprai tempat tubuhmu sekarang terbaring.
Sudah hampir tiga tahun aku begini. Dua puluh delapan bulan. Kalikan tiga puluh. Kalikan dua puluh empat. Kalikan enam puluh. Kalikan lagi enam puluh. Kalikan lagi enam puluh. Niscaya akan kau dapatkan angka ini: 4.354.560.000


Itulah banyaknya milisekon sejak pertama aku jatuh cinta kepadamu. Angka itu bisa lebih fantasis kalau ditarik dalam skala nano. Silakan cek. Dan aku berani jamin engkau masih ada di situ. Di tiap inti detik, dan di dalamnya lagi, dan lagi, dan lagi…

Penunjuk waktuku tak perlu mahal-mahal. Memandangmu memberikanku sensasi keabadian sekaligus mortalitas. Rolex tak mampu memberikan itu.

Mengertilah, tulisan ini bukan bertujuan untuk merayu. Kejujuran sudah seperti riasan wajah yang menor, tak terbayang menambahinya lagi dengan rayuan. Angka miliaran tadi adalah fakta matematis. Empiris. Siapa bilang cinta tidak bisa logis. Cinta mampu merambah dimensi angka dan rasa sekaligus.

Sekarang pukul 02.30 di tempatmu.

Tak terasa sudah satu jam aku disini. Menyumbangkan lagi 216.000 milisekon ke dalam rekening waktuku. Terima kasih. Aku semakin kaya saja. Andaikan bisa kutambahkan satuan rupiah, atau lebih baik lagi, dolar, di belakangnya. Tapi engkau tak ternilai. Engkau adalah pangkal, ujung, dan segalanya yang di tengah-tengah. Sensasi ilahi. Tidak dolar, tak juga yen, mampu menyajikannya.

Aku tak pernah terlalu tahu keadaan tempat tidurmu. Bukan aku yang sering berada di situ. Entah siapa. Mungkin guling atau bantal-bantal ekstra. Terkadang benda-benda mati justru mendapatkan apa yang paling kita inginkan, dan tak sanggup kita bersaing dengannya. Aku iri pada baju tidurmu, handukmu, apalagi pada guling. sudah. Stop! aku tak sanggup melanjutkan. Membayangkannya saja ngeri. Apa rasanya dipeluk dan didekap tanpa pretensi? Itulah surga. Dan manusia perlu beribadah jungkir-balik untuk mendapatkannya? Hidup memang bagaikan mengitari Gunung Sinai. Tak diizinkannya kita untuk berjalan lurus-lurus saja demi mencapai Tanah Perjanjian.

Kini, izinkan aku tidur. Menyusulmu ke alam abstrak di mana segalanya bisa bertemu. Pastikan kau ada di sana, tidak terbangun karena ingin pipis, atau mimpi buruk. Tunggu aku.

Begitu banyak yang ingin kubicarakan. Mari kita piknik, mandi susu, potong tumpeng, main pasir, adu jangkrik, balap karung, melipat kertas, naik getek, tarik tambang… tak ada yang tak bisa kita lakukan, bukan? Tapi kalau boleh memilih satu: aku ingin mimpi tidur di sebelahmu. Ada tanganku di bawah bantal, tempat jemarimu menggapai-gapai.

Tidurku meringkuk ke sebelah kanan sehingga wajah kita berhadapan. Dan ketika matamu terbuka nanti, ada aku disana. Rambutku yang berdiri liar dan wajahmu yang tercetak kerut seprai.

Tiada yang lebih indah dari cinta dua orang di pagi hari. Dengan muka berkilap, bau keringat, gigi bermentega, dan mulut asam… mereka masih berani tersenyum dan saling menyapa ‘selamat pagi’.”

Filosofi kopi-- Dee


Senin, 03 November 2014

Sarjana tanggal tiga bulan sebelas tahun dua ribu empat belas.

Jadi beginilah sensasi bebas tanpa pretensi?
Rantai abstrak yang sebelumnya terasa erat mencekik leher, hilang sudah..
Meleleh bersama keringat dan debaran gugup saat yudisium.
Tenggelam dalam euforia momen wisuda.
Mengabur lewat senyum-senyum bahagia yang terpeta jelas pada tiap lembaran foto yang di abadikan.
Menyisakan jejak lembar-lembar kertas penuh coretan yang masih tersusun dengan rapi, tidak akan tersentuh dalam waktu dekat.



Aku BEBAS!




Katakan selamat tinggal pada segepok kertas yang bernama skripsi.

Yang akhir-akhir ini menjelma menjadi rantai yang melilit kaki, Menjadi permen karet yang menempel di kepala, 
Menjadi tontonan membosankan layaknya sinetron kacangan kebanggan stasiun-stasiun TV nasional.
Melumpuhkan mental.


Ucapkan salam perpisahan kepada deadline yang sering menyesak di dada, 
Pada dosen yang berwajah masam, 
Pada tiap anak tangga yang menjadi alasan mengapa betis kami selalu ditempeli koyo cabe.


Selamat tinggal!! dan selamat datang liburaaaaan.. :D




Rabu, 29 Oktober 2014

Mengeja "R-I-N-D-U"

Hujan.
Hujan mengguyur kota ku sore ini,
Sudah berminggu-minggu lamanya  ia tidak turun.
Dan sore ini derasnya mengentaskan kerinduan tumbuhan akan air.

Rindu.
Untuk hujan yang sudah lama menyembunyikan rinainya
Untuk hal-hal yang mengingatkanku pada satu nama
Untuk kata-kata yang selalu kunanti pada setiap statusmu di media sosial
Untuk kabar  yang masih samar
Untuk kau, satu orang yang masih menjadi tokoh utama dalam setiap tulisan-tulisan melankolisku.

Detik.. tik.. tik..
Tik.. sudah hampir tiga tahun aku begini.. tik.. tik..
Menghitung setiap detik yang terlewati sambil mengira satu detik mungkin akan terlewat tanpa kehadiranmu di otakku. Tik.
Tik.. Hanya untuk kemudian disadarkan bahwa usaha itu hanya akan merekatkanmu semakin kuat di benakku.

Hingga saat ini.
Saat aku akan segera menanggalkan jas almamaterku.
Kau masih disini.
Melekat erat, seperti baru saja direkatkan dengan lem super kuat, tepat di sistem limbikku.

Sekarang pukul 19.32 di tempatmu.
Aku tak tahu persis apa yang sedang kau lakukan.
Masih tidak ada kabar yang kutemukan tentangmu.
Mungkin saja kau sedang memainkan gitar kesayanganmu.
Atau sedang membaca buku-bukumu yang rumit itu.
Entahlah. Aku terlunta tanpa sarana.
Aku rindu.






Sabtu, 16 Agustus 2014

#Firework #He #Freedom :)



-21 Maret 2014-

Menemukan ‘satu’ yang aneh di sini, Yang ajaib, yang meletup-letup mengejutkan dengan cara yang menyenangkan. 
Jika kau menyuruh ku untuk mendeskripsikan-nya secara eksplisit tentang yang ‘satu’ ini maka aku akan menyebut.. KEMBANG API.

Ya, KEMBANG API. Dia persis seperti KEMBANG API. 
Layaknya konsep kebebasan yang selama ini melekat kuat di kepalaku.
Meledak ke segala arah, liar, tak beraturan, tapi indah. 

Dan sejak pertama aku melihatnya hingga saat ini aku masih belum ingin mengalihkan pandanganku darinya. 
Aku tidak ingin menyalahkan diriku sendiri. 
Bukankah sedari dulu aku memang selalu suka memandangi KEMBANG API?

Berarti bukan salahku juga jika saat ini aku mulai terbelah.. menjadi dua.

...♫ ♪ 'Cause, baby, you're a firework .. ♪
  ♪....na. na. na. na. na. na na..♫

#Now Playing: Katy Perry-Firework...


Selasa, 24 Juni 2014

What The..?!

Ceritanya, tadi pas bangun pagi niat banget untuk mengerjakan proposal skripsi. Dibekali dengan lamunan gelar sarjana yang sudah di depan mata, juga kata-kata motivasi yang saya rangkai sendiri ala-ala quotes 5 CM.. Jadilah saya duduk manis di depan laptop.
Membuka browser mozilla sebagai upaya untuk mencari bahan untuk BAB II. Berusaha mengubek-ubek google mencari landasan teori, kajian teori serta blah.. blah.. blah.
Daaan.. entah apa yang merasuki jari-jariku yang sesat ini..



Karena sepersekian detik kemudian saya malah menemukan diriku sedang terpana menatap layar laptop, terjerat pesona seorang Chester see dengan suranya yg khas dan sukses bikin saya melting.. Pencerahan bagi otak yang suram dan kusut.

Merasa bersyukur karena jari-jariku yang seolah memiliki pikirannya sendiri ini mengarahkanku ke video ini. Merasa marah karena keinginanku untuk menyingkirkan segala sesuatu yang berhubungan dengan proposal skripsi ternyata lebih besar ketimbang keinginan untuk menyelesaikannya.. 
Merasa GILA karena Saya bisa dengan mudahnya lupa dengan tujuanku semula, untuk apa saya menyalakan Laptop? dan sebenarnya salah siapa ini??

Salahkan saja tetangga sebelah yang mengadakan acara kondangan kemarin dan menyetel lagu-lagu yang merusak imajinasiku tentang musik yang memberikan efek tenang dan rasa bahagia.. :/

Akhir kata, selamat tinggal proposal (setidaknya untuk beberapa jam kedepan), jari-jariku yang sesat, mari kita bertepuk tangan dengan heboh menyambut Chester See dengan All of Me.. prok! prok! prok! :D


Sabtu, 01 Februari 2014

mmm.. i don't know exactly what is this. -_____-

Ini malam minggu. iya, malam minggu. Dan.. ya, saya sedang nongkrong di dalam kamarku. kenapa? 
karena..
Malam mingguan diluar itu terlalu mainstream, membosankan, hal klise.. 
Sedangkan bagi kaum hipster seperti saya yang anti dengan keseragaman, mendekam didalam kamar sambil memelototi materi ujian itulah yang kerrrreeen!!
Saya yakin sudah terlalu banyak orang yang mengikuti arus ini. ikut tren, di doktrin oleh orang-orang terdahulu yang entah sejak kapan meyakini bahwa malam minggu itu adalah sesuatu yang spesial.
Saya tidak tahu kenapa orang-orang masih saja mengikuti tren kuno ini.
Padahal kalo menurut pengamatan saya, hal mainstream tentang malam minggu ini cuman akan membuat kantong menjadi kering dan  kemudian berakhir dengan menyandang status 'kere membara', selain itu juga pasangan muda-mudi yang bertebaran dimana-mana dan kendaraaan bermotor beserta asapnya hanya akan membuat pemanasan global semakin parah, bikin macet, tingkat kecelakan lalulintas meningkat dan bla.bla..bla. 

Saya tidak sedang gusar teman-teman...
Saya mengatakan semua hal diatas bukan karena saat ini saya sedang stress dengan ujian semester, atau karena tenggat waktu pengajuan judul skripsi sudah dekat, bukan juga karena sebentar lagi saya sudah harus mengabdi pada masyarakat selama 3 bulan penuh di daerah pedesaan dengan fasilitas minim, tanpa signal, tanpa air, tanpa bantal dan tanpa makan. eh? -_- 

Bukan, saya tegaskan sekali lagi, semua omelan diatas sama sekali bukan karena hal-hal sepele tentang kuliah dan semester akhir. Saya hanya sedang.. berusaha untuk peduli dengan lingkungan. Ini adalah  murni sebentuk keprihatinan yang saya dedikasikan bagi mereka yang tidak mampu mematahkan tradisi malam mingguan yang sedang menggerogoti ego dan kantong mereka. iya benar, saya benar-benar prihatin.. suwweerr deh :D


Kamis, 30 Januari 2014

Rainy Days..

Hujan. 
Dingin.
Rinai hujan. 
Gerimis. 
Bunyi tik-tik konstan yang terdengar dari atap rumah. 
Butir air yang menempel dikaca, yang mengaburkan pandangan, yang memperjelas kenangan. 




Saya tau Hujan berkorelasi erat dengan kenangan.
Dan saat ini, elemen-elemen dari hujan memaksa saya untuk mengenang.
Tentang ...
Dia, dia, dia, yang tidak akan membiarkanku melakukan hal-hal bodoh... sendirian. Sahabatku  =D
Mereka, yang akan selalu menjadi tempatku untuk pulang. Keluargaku :)
Dia. Satu orang yang namanya masih tersimpan rapi di lembar-lembar tulisan beraroma melankolis nan romantis dibalik laci meja belajarku. Satu orang yang tanpa berusaha keras mampu menciptakan endorphin di otak-ku. Yang dengan lancang membuatku tertawa, tersipu, tersenyum, terlihat seperti orang aneh.
yang selalu mengingatkanku pada laut..

hmmmph.. Apapun yang saya katakan saat ini, apapun yang saya lakukan sekarang sebenarnya hanya untuk menegaskan satu hal. saya.. RINDU! :')



Jumat, 24 Januari 2014

SEMBUNYI

Saat ini saya butuh sesuatu yang bisa memekakkan telinga, seperti back where i belong-nya sum41 atau sejenisnya. Dengan harapan teriakan dan dentuman musik yang keras bisa memudarkan rasa sesak yang mencekik karena merasa kacau. 
Saya benar-benar ingin sembunyi dibalik musik cadas.
Orang-orang ini seharusnya mengerti bahwa mereka bukan satu-satunya yang punya masalah disini. 
Dunia memang sudah seharusnya dipenuhi oleh masalah. ya kan?
Seharusnya mereka bisa lebih dewasa untuk menyikapi masalahnya tanpa harus membuat orang lain merasa... buruk. 

Dan kedatangan orang sok tahu lainnya yang dengan sengaja menerobos-- menyeruduk pagar pembatas yang dibangun untuk melindungi privasi malah menambah rumit keadaan. Padahal ada batasan yang jelas antara orang yang peduli dengan orang yang suka mencampuri urusan orang lain. Dan kenapa masih ada saja orang-orang yang tidak mampu memposisikan dirinya sendiri?? untuk sesuatu yang mempunyai batasan yang SANGAT jelas saja dia masih tidak paham. Entah apa yang sedang ingin ia buktikan disini. Membuktikan kalo dia super hero? pahlawan kesiangan? super peduli? super perhatian? supermie? ato super duper menyebalkan?? seharusnya dia..
Seharusnya.. Seharusnya.. hhh.
Sebaiknya saya berhenti untuk membicarakan sesuatu yang 'seharusnya' dilakukan dan yang tidak 'seharusnya' dilakukan sebelum saya kehilangan kemampuanku untuk memaknai arti kata 'seharusnya'.
Sebenarnya bukan ini intinya, bukan ini yang ingin saya sampaikan lewat kata-kata yang kusut ini. 
Intinya adalah, saat ini saya sedang kecewa, jengkel, galau, merasa diabaikan sekaligus takjub dengan cara kerja musik cadas yang dapat membuat perasaanku menjadi lebih baik.
Inti dari intinya lagi, mungkin disini saya yang sedang sensi atau saya yang kurang peka untuk menyadari kesalahan. 
Tidak mengerti. Tidak ada pencerahan. Gelap. Zzz.


Senin, 06 Januari 2014

Dear you..

Saya tidak mengerti bahasa isyarat,
Saya juga sudah terlalu jenuh untuk menebak..
Jadi tolong, bicaralah dengan jelas. iya ataupun tidak.
Katakan dengan lantang.
Supaya saya bisa mengerti...
Supaya saya bisa mengakhiri ini dengan segera.
Saya tidak suka menjadi melankolis. Saya bukanlah orang yang seperti ini.
jadi tolong bicaralah yang jelas, jangan buat saya jadi orang yang jahat dan kemudian malah berbalik untuk membencimu.