CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Kamis, 03 November 2016

Between the covers

Pernah dengar tentang skenario cinta yang dipertemukan oleh buku?
Bertemu disatu waktu ditempat yang sama, dengan seseorang yang sedang memegang sampul buku yang sama. Begitu Mengangkat wajah dari bacaan, saling bertukar senyum basa basi, dan ekspresi terkejut yang sama tercetak di wajah begitu menyadari kesamaan sampul buku yang kalian baca. Mengagumi satu sama lain, tersipu dan kemudian jatuh cinta.

Love Between the covers, begitu mereka menyebutnya.

Mendapati orang lain yang memiliki judul buku favorit yang sama, rasanya memang seperti menemukan belahan jiwa. Karena kalian punya bacaan yang sama,  maka kalian akan memiliki pemahaman yang sama pula. Pemikiran ini muncul dengan sendirinya dan perasaan senang yang mengikuti setelahnya adalah, ketika memikirkan ada orang lain yang bisa paham tanpa perlu penjelasan rumit atau ketika berbagi pembicaraan remeh dan aneh yang hanya dapat dimengerti oleh kalian berdua.

Saya pikir, saya juga akan berakhir dengan kisah yang seperti itu.
Mau bagaimana lagi, saya adalah pecinta buku dan hanya Itu yang bisa saya pikirkan tentang skenario romantis.

Namun kenyataannya, tiap orang memiliki caranya sendiri untuk merasakan cinta. Dan bagiku adalah satu hari di masa SMA. Tentang lelaki yang sudah menarik perhatianku bahkan sejak pertemuan pertama. Sosok disudut lain ruang kelas, dengan gitar di pangkuan, petikan gitarnya yang bergema, juga gumaman lirihnya. Yang mampu membawaku kembali ke dunia nyata, membuatku mengangkat wajah meninggalkan bacaanku, demi memperhatikannya lebih seksama.

Saya yang nyaman dengan keberadaannya di sudut lain ruangan, juga fakta bahwa membaca buku diiringi oleh petikan gitarnya yang bahkan membuatku tidak menyadari bahwa ruangan kelas sudah kosong dan bel pulang sudah berdering sejak tadi, adalah yang menerbitkan kagum-ku.

Jadi, apa itu romantis?
Romantis versiku bukan lagi tentang toko buku atau ruang baca. Tapi ruang kosong dengan meja penuh coretan dan kursi yang berantakan.
Juga bukan buku dengan judul yang sama atau senyum malu-malu dibalik sampul, melainkan lelaki dengan ekspresi serius bersama petikan gitarnya yang menggantung diudara dan bacaan yang dibiarkan terbuka.
Sederhana.

Dan jatuh cinta?
Adalah tentang dia yang tidak pergi dari ingatan sejak hari itu.

*Tulisan terbaik selalu hadir disaat aneh seperti ini, saat mata mulai sayu, cacing di perut berkeriuk minta makan dan inspirasi berloncatan di kepala menuntut ingin segera dituliskan. Dan akhirnya saya menulis di momen kebingungan antara pilihan untuk segera mengisi perut atau memejamkan mata.
-Minggu, 16 oktober 2016.
 22:25 WITA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar