CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 13 Oktober 2013

Sinema


“Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.”

― novel "Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin", Tere Liye

Sekarang aku mengerti tanpa harus dijelaskan.

Sudah lama aku duduk mengamati, menunggu. Mencari pembenaran dalam ketidakjelasan. Hingga kemudian kebenaran datang. Dengan jelas, cerah, terang, menyilaukan. Menyergap-menghipnosis. Stagnan--Aku terlalu terkejut untuk bereaksi.

Didetik terakhir, aku tersadar bahwa dunia yang kulihat selama ini hanyalah dunia yang kuciptakan sendiri dengan sok tahu-nya aku. Itulah sebabnya kemudian dunia terlihat tak lagi sama. Hidup ini menjadi asing. Aku sedih untuk sesuatu yang tak kutahu. Aku galau untuk sesuatu yang tak pernah ada. Dan jari ini ingin menunjuk sesuatu yang bisa menjadi sebab, tapi tak kutemukan apa-apa.  

Menahun sudah aku merasa, hari ini akan tiba. Tapi bagaimana bisa pernah kujelaskan?
Aku adalah orang paling bersedih, karena mengetahui apa yang tidak sanggup aku miliki. 
Dunia-ku, dunia-mu tersekat oleh tembok besar yang tak pernah bisa dijebol. Begitu dekat, tetapi begitu terpisah : tak terucapkan. 

Lalu, untuk apa? Untuk apa diberi pertanda jika ternyata tak bisa mengubah apa-apa?

Kurasa ini salahku yang merasa masa lalu dan masa sekarang adalah saru. Kurasa ini salahku yang selalu merasa, terlalu merasa, bahwa kau punya rasa. 

Masih perlukah aku bertanya atas sesuatu yang sebetulnya sudah kuketahui jawabannya? 

Akhirnya ku mengerti betapa rumitnya konstruksi batin manusia (seperti aku). Betapa sukarnya manusia (seperti aku) menanggalkan bias, menarik batas antara masa lalu dan masa sekarang. Aku kini percaya manusia (seperti aku) dirancang untuk terluka.

Kadang - kadang pilihan yang terbaik adalah menerima...

Aku hanya perlu menerima. Menolak, menyangkal, cuma bikin aku lelah
Anggap saja aku melankolis. 
Tapi lebih dari apapun, ternyata semua hal rumit ini membebaskan.
penerimaan yang cukup baik, iya kan?
Kebebasan ini membuatku sepenuhnya sadar, sepenuhnya terbangun.  Mungkin ini kali pertama aku merasa benar-benar waras.

Tak ada lagi ‘anonim’ yang menjadi hantu di sudut pikir. 
Yang ada hanyalah.. kosong. 
Bukan jenis ke-kosong-an yang membuat aku menangis meraung-raung atau yang membuatku mengasingkan diri di ruang gelap berhari-hari tanpa makan. Ini hanyalah jenis ke-kosong-an yang.. secara mengejutkan mampu menghadirkan kesenangan. Sederhana.




 -DEE Quotes-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar